Pantai Salju di Deli Serdang

Pantai Salju yang tidak bersalju

Air pegunungan berada di dataran yang tinggi, karena berada di dataran tinggi, maka air pegunungan akan mengandung oksigen yang lebih banyak dibandingkan dengan air yang berada di dataran rendah. Sehingga air pegunungan sangat menyehatkan tubuh.

100_2619


Untuk memanjakan tubuh kita dengan air pengunungan yang sejuk dan bersih anda dapat berkunjung ke Pantai Salju atau Pantai Bela di Kecamatan Bangun Purba, Deli Serdang, Sumatera Utara. Selain memanjakan tubuh, dapat juga memanjakan pemandangan alam desa lengkap dengan bebatuan. Ketika bertemu dengan pantai, sebenarnya bukanlah pantai laut, tapi karena air bersih dan sungainya luar, maka bibir sungai seperti bibir pantai. Akan tetapi, warga Bangun Purna menyebutnya pantai. Itulah sebabnya, tempat pemandian yang segar itu dinamakan Pantai Bela atau Pantai Salju.
Konon, dinamakan Pantai Salju karena air yang mengalir dibatu-batu cadas memecah seperti salju. Lucunya, warga Bangun Purba tidak pernah melihat salju. Karena air memecah itulah dinamakan Pantai Salju.
Ketika pertama kali menginjak kaki di bibir di tepian sungai yang bening dan sejuk itu, ingin rasanya langsung menyeburkan diri ke dalamnya. Airnya yang begitu bening menggoda untuk dinikmati. Ketika meredamkan tubuh sangat terasa nikmatnya air pengungan itu. Serasa kulit tubuh dimanjakan. Maka, segera menenggelamkan sekujur tubuh di dasar sungai sampai menyentuh pasir.
Karena masih asri, tempat ini pun direkomendasikan bagi masyarakat Kota Medan, maupun Sumatera Utara, atau pelancong yang doyan dengan air pengunungan dan suasana yang asri. Untuk mencapai Pantai Salju terdapat di Desa Mabar, Kecamatan Bangun Purba, kabupaten Deli Serdang. Dapat menempuh waktu dari Ibukota Deli Serdang, Lubuk Pakam, sekitar 1 jam perjalanan. Dari Medan, untuk mencapai Pantai Salju bisa menempu waktu 3 jam dengan kenderaan pribadi.
100_2624
Pada hari-hari libur dan akhir pekan tempat ini sering dijadikan masyarakat untuk tempat rekreasi dan dapat mencapai ribuan orang. Namun pada hari biasa hanya sekitar belasan atau puluhan orang yang datang ke tempat ini. Msayarakat yang berkunjung tidak hanya pendududk setempat, namun ada juga yang datang jauh-jauh dari luar kota.Fasilitas yang tersedia di tempat ini memang kurang memuaskan karena kurangnya koordinasi pengelola tempat dengan pemerintah daerah. Terlihat dipinggiran pantai terdapat beberapa penduduk yang berjualan dan menyewakan ban atau pondok untuk tempat beristirahat.
100_2630
Pengelolaan Pantai Salju dan Pantai Bela itu dilakukan oleh warga setempat dengan membayar Rp.15.000 atau kadang Rp.25.000 per mobil berikut orang yang didalamnya. Harga tergantung nego dan tidak ada patokan yang resmi. Sementara di kawasan tempat pemandian itu, tidak ada sentuhan taman atau tempat bermain bagi anak-anak. Jangankan kembang, tempat wisata yang menjanjikan itu dibiarkan begitu saja apa adanya.
Legenda Boru Sipitu-Pitu

Menyangkut keunikan dan keanekaragaman bentuk bebatuan di bantaran Sungai Buaya ini, penduduk memiliki kisah tersendiri. Menurut Bapak M. Bela Pane, asal muasal bentuk bebatuan vulkanik yang menyerupai lubang untuk permainan congkak itu dilandasi oleh legenda tentang Boru Sipitu-Pitu (Tujuh Putri).

Alkisah, dahulu kala ada sebuah kerajaan di daerah itu yang dipimpin oleh raja bernama Purba Silangit. Sang raja memilik 7 putri berparas cantik menawan, sehingga membuat banyak pangeran tertarik ingin melamar ketujuh gadis itu.

Namun persyaratan yang diberikan para gadis sangatlah berat. Si pelamar harus mampu mengalahkan ketujuh putri melalui permainan congkak. Persyaratan ini dianggap nyaris tidak mungkin, mengingat ketujuh putri Raja Purba Silangit sangatlah mahir bermain congkak.

Pada suatu ketika, seorang pangeran sakti datang dan menyatakan niatnya ingin melamar ketujuh putri tersebut. Menyadari peluangnya kecil untuk mengalahkan mereka dalam permainan congkak, maka sang pangeran merubah wujudnya menjadi seorang pria buruk rupa yang seluruh tubuhnya dipenuhi kudis yang mengeluarkan bau busuk.

Karena jijik melihat kondisi si pelamar, ketujuh putri itu bermain congkak melawan sang pangeran sembari membuang muka. Akibatnya sang pangeran dengan mudah dapat mengalahkan ketujuh putri Raja Purba Silangit.

Menyadari kekalahannya, ketujuh putri bermaksud ingkar janji dan melarikan diri dengan meminta sang pangeran untuk menunggu mereka mandi ke sungai. Lama menunggu, pangeran akhirnya menyadari dirinya telah ditipu. Karena marah, ia berlari menyusul ketujuh putri ke sungai sambil membawa papan congkak.

Dengan kesaktiannya, ia melempar papan congkak dan mengutuk ketujuh putri yang bersembunyi di sungai itu. Ketujuh putri berikut papan congkak pun hilang dan menjelma menjadi batu.

Kalau Anda penasaran ingin membuktikan sendiri legenda itu, luangkan waktu Anda menghabiskan akhir pekan ke Pantai Salju. Mudah-mudahan keunikan bebatuan serta deburan buih putih bak salju pada jeram-jeram sungai akan menyuguhkan pesona yang memancarkan keindahan paras Boru Sipitu-pitu, yang tentunya tak mudah dilupakan.

Comments